BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap orang dalam hidup ini selalu melalui proses belajar, mulai dari manusia itu dilahirkan hingga sampai nanti orang tersebut mencapai puncak kehidupan terakhir dunia yaitu kematian. Tidak ada satu orang pun manusia yang hidup di dunia ini tanpa melalui proses belajar. Belajar tidak dapat hanya dimaknai hanya dengan kegiatan formal tetapi mencakup lingkup nonformal dan informal. Berbagai macam teori mengenai belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli sebelumnya namun kali ini fokus pembahasan mengenai teori belajar sosial.
Dalam kehidupan yang selalu berkembang dan penuh dengan fenomena ini, selalu mengalami berbagai bentuk pro dan kontra dalam dunia pendidikan khususnya masalah belajar. Pada kesempatan ini akan dijelaskan bagaimana sebenarnya kaitan antara konsep diri, sikap, kognitif maupun lingkungan mempengaruhi gaya belajar ataupun hasil belajar yang dilakukan oleh individu. Selama ini banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses peningkatan inteligensi,selain itu juga ada pendapat yang mengatakan belajar merupakan konsep transfer ilmu pengetahuan dari tenaga professional (guru) kepada subjek didik yaitu peserta didik yang berada dalam lingkungan formal. Namun sebenarnya aspek belajar tidak sesempit itu bisa saja belajar tersebut didapatkan oleh seseorang dari alam maupun lingkungan sekitar.
Agar persepsi tentang belajar itu tidak semakin sulit dipahami maka dimunculkanlah teori belajar sosial sebagai penyempurnaan dari teori-teori belajar sebelumnya. Teori belajar sosial ini dicetuskan oleh Albert Bandura. Teori ini muncul berdasarkan penelitian yang dia lakukan secara observasional yaitu manusia belajar berdasarkan pengamatan terhadap manusia yang lain. Selanjutnya permasalahan ini semakin kompleks ketika tidak adanya suatu kejelasan mengenai belajar dalam lingkungan masyarakat, ini akan berdampak buruk pada perkembangan karier yang dijalani oleh seseorang karena karier selalu mempertimbangkan kemampuan belajar yang dimilki oleh seseorang itu. Itu lah salah satu latar belakang kenapa makalah teori belajar sosial ini dapat diangkat sebagai judul dari tugar mata kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar.
1.2.Tujuan
Suatu topik pembahasan yang dijadikan sebagai objek diskusi dalam perkuliahan pasti sedikit banyak memilki tujuan yang hendak dicapai. Begitu juga dengan makalah ini mempunyai pola tujuan seperti pada makalah-makalah sebelumnya.
Untuk itu berikut akan dicantumkan beberapa tujuan dari makalah ini, yaitu :
Ø Memberikan konsep yang jelas mengenai objek belajar sosial.
Ø Mengungkap bahwa permasalahan yang dialami oleh siswa dalam belajar mempunyai penyebab yang berbeda, sehingga ada variasi disetiap penyelesaian masalah tersebut.
Ø Melihat permasalahan mengenai belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura.
Ø Menjelaskan kepada pembaca bahwa belajar yang baik dapat dilakukan atas dasar keselarasan antara perilaku, kognitif (wawasan), lingkungan.
Ø Memberitahukan cara belajar yang efektif sehingga dapat menjalani karier dengan lebih mudah.
Ø Agar mampu bersaing secara sportif dalam perkembangan dunia karier
Ø Berfikir rasional mengenai peluang kerja yang akan diperoleh nantinya.
1.3.Sasaran
Penulisan makalah ini ditujukan kepada siswa, mahasiswa, maupun masyarakat umum sebab subjek-subjek ini selalu mengalami pembelajaran dalam lingkup kesehariannya. Dan dalam proses itu mereka senantiasa mengalami permasalahan-permasalahan yang membutuhkan cara penyelesaian yang bersifat profesional dalam pemecahannya, selain itu mereka ini dapat mempertimbangkan cara belajar yang mana dapat mereka pakai ketika mereka mengikuti kegiatan belajar.
Yang menjadi sasaran lain ialah masyarakat umum, khususnya individu yang tidak mengecap pendidikan formal maka mereka dapat memahami bahwa peluang kerja bukan hanya untuk orang-orang yang mempunyai pangkat dibelakang namanya seperti S1, S2, S3 dan lain sebagainya. Tapi semua orang mempunyai kesempatan untuk bekerja, hanya saja jalan untuk meraih pekerjaan itu yang berbeda.
BAB II
PERMASALAHAN
Setiap siswa maupun mahasiswa yang mengikuti proses pendidikan maupun pembelajaran selalu mengalami berbagai masalah belajar yang dihadapinya. Permasalahan mengenai belajar bukan merupakan masalah yang baru dalam kehidupan ini apalagi dalam dunia pendidikan. Mengingat belajar mempunyai implikasi yang diperhitungkan dalam mencapai dunia karier. Umumnya setiap orang membutuhkan proses belajar untuk mengembangkan dan mempertahankan kehidupannya. Manusia dalam berkarier sering mengalami kesulitan disebabkan oleh ketidakseimbangan kemampuan orang tersebut dengan apa yang dilakukannya dengan kata lain manusia tersebut tidak menyeimbangkan esensi yang dia miliki terhadap kapasitas kognitif maupun fasilitas yang tersedia. Selain itu juga disebabkan oleh tidak pekanya individu terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.
Beberapa permasalahan yang dialami individu dalam proses belajar menuju jenjang karier adalah sebagai berikut :
· Masih banyak individu yang melakukan pekerjaannya tidak sesuai dengan kehendak yang diinginkannya.
· Penyalahgunaan jabatan akibat tidak baiknya proses belajar yang diikuti ketika sekolah
· Hilangnya jiwa sportifitas pada diri seorang yang berkarier akibat terpengaruh oleh lingkungan yang selalu berubah-ubah.
· Susahnya beradaptasi dengan lingkungan yang baru dimasuki baik dalam dunia kerja maupun dalam dunia pendidikan.
· Tidak fleksibelnya pemikiran individu diakibatkan peraturan gaya belajar lama yang masih diterapkan oleh beberapa tenaga pengajar.
· Seseorang dalam berkarier terkadang tidak mampu menyelaraskan antara kepentingan pribadi dengan tuntutan pekerjaan.
Oleh karena itu untuk menyelesaikan problema diatas perlu dikaji ulang mengenai tahap-tahap ketika individu tersebut mengikuti proses belajar sebelum menjajaki masa karier.
BAB III
KONSEP POKOK TEORI BELAJAR SOSIAL
3.1. Isu-isu Belajar dalam Karier
Kata isu sangat sulit dilukiskan dalam bentuk kata-kata karena isu merupakan suatu kajian yang belum tentu benar adanya mengenai sesuatu hal. Dalam belajar begitu banyak muncul isu-isu yang berkembang tanpa ada dasar yang melandasinya (tidak rasional). Pada akhirnya isu-isu yang tercipta akan merusak pola pikir pelajar yang sedang dalam masa perkembangan.
Dunia kerja sangat memperhitungkan kemampuan seseorang khususnya cara kerja yang profesional (tidak mencampur adukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan yang sedang digeluti). Melalui sikap orang dapat menilai apakah individu tersebut cocok pada status pekerjaan yang dipikulnya atau tidak. Salah satu contoh ialah kepribadian orang tidak sabar maka dia tidak cocok ditempatkan sebagai pengajar dilingkungan PAUD. Contoh lain adalah kemampuan seseorang tidak dapat dinilai hanya melalui tes kepribadian ataupun tes psikologi.
Sikap seseorang merupakan sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajari seperti dari orang tua, orang-orang disekitarnya, atau dari masyarakat. Sikap dibentuk atau dipelajari terhadap objek tertentu, misalnya sikap terhadap norma yang ada dalam masyarakat, sikap terhadap anak, sikap tehadap orang tua atau sikap terhadap orang asing. Karena sikap itu dipelajari maka sikap dapat mengalami perubahan. Dalam isunya timbul pertanyaan bagaimana mengubah sikap? Orang dapat mengubah sikap disesuaikan dengan prilaku, namun sebaliknya orang tidak dapat mengubah prilaku sesuai dengan sikapnya.
Hal ini menjadi suatu permasalahan yang kompleks dalam dunia pekerjaan. Seandainya saja sikap orang dalam bekerja tidak mencerminkan dimensi intelektualitasnya maka kewibawaannya akan hilang sebagai orang yang terpelajar. Isu tentang sikap seperti ini sering diungkapkan oleh masyarakat yang tidak mengetahui alasan-alasan mengenai timbulnya sikap ini karena pada hakikatnya setiap orang memiliki pembawaan yang berbeda-bada. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam bekerja dapat dilihat melalui bahagia atau tidaknya orang tersebut menjalani perkerjaan yang sedang dilakoninnya.
Jadi dapat disimpulkan semua yang kita dengar baik langsung maupun tidak langsung sebaiknya jangan ditelan mentah-mentah tapi dicerna terlebih dahulu, karena akan memainkan peran kita sebagi seseorang yang intelek, berpendidikan serta berwawasan luas. Selanjutnya dijelaskan bahwa belajar mempunyai bidang kajian yang luas. Aspek-aspek dalam belajar juga diperoleh melalui tingkah peniruan terhadap apa yang diperhatikan. Mengutip sebuah pendapat bahwa teori tanpa praktek adalah luar biasa, praktek tanpa teori adalah perbuatan orang gila, yang paling baik adalah melakukan teori dengan praktek seiring sejalan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Teori Pembelajaran Sosial Bandura
Teori belajar sosial yang juga masyhur dengan sebutan teori observational learning, belajar obsevasional/ dengan pengamatan itu (Pressely &McCormick, 1995: 216) adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Tidak seperti rekan-rekan sesama penganut aliran behaviorisme, Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh prilaku (modeling). Dalam hal ini, seorang siswa belajar mengubah perilaku sendiri melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap prilaku contoh dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). Condisioning adalah prosedur belajar dalam mengembangkan prilaku sosial dan moral. Dasar pemikirannya prosedur belajar dalam mengembangkan prilaku-prilaku lainnya, yakni dengan reward (ganjaran/memberi hadiah) dan punishment (hukuman/memberi hukuman). Dasar pemikirannya ialah sekali seorang siswa mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan prilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), ia senatiasa berpikir dan memutuskan prilaku sosial mana yang perlu dibuat.
Imitation adalah merupakan salah satu cara yang paling penting dalam teori belajar sosial. Menurut teori sosial learning imitation adalah proses peniruan yang dimainkan oleh seorarng model atau tokoh yang akan dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa, biasanya yang dijadikan model adalah orang tua atau guru.
Menurut Bandura ada 4 cara dalam melakukan peniruan, yaitu:
1. Perhatian(Attention)
Ialah dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari. Proses ini menyatakan dianggap berpengaruh dikarenakan sebelum sesuatu dapat dipelajari dari model, model itu harus di perhatikan. Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunujukkan bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari. Berikut adalah contohnya:
Misalkan anda menggendong anak usia 4 tahun sedangkan dua anak usia empat tahun lainnya bermain di ruang lain. Saat anak A sedang memukul-mukul anjing peliharaan dengan pelan-pelan, anak B memeasukkan pisau mentega ke stop kontak listrik. Semua orang akan belajar sesuatu dari insiden ini. Dikarenakan diasosiasikan langsung dengan rasa sakit yang tak terduga dan diiringi dengan kekagetan, anak B akan belajar menghindari pisau mentega, dan bahkan mungkin menghindari stop kontak. Anak A mungkin akan belajar, atau setidaknya mulai belajar, untuk menghindatri anjinfg. Ketika anak B tiba-tiba menjerit dan menangis, suara itu mengagetkan anak A, dan karena kejadian stimulus baru yang kuat dan tak terduga ini menimbulkan gerakan otonomik, anjing menjadi diisolasikan dengan respon tidak terkondisikan terhadap stimulus yang menegangkan. Lewat proses memerhatikan, anak di pangkuan anda mungkin nanti akan menghindari stop kontak (jika dia memerhatikan B) atau menghindari anjing (jika memerhatikan anak A), atau mungkin menghindari anda. Secara incidental, karena banyak prinsip belajar berlaku untuk anak manusia dan hewan, adalah mungkin pula bahwa si anjing itu nanti akan menghindari anak-anak.
2. Mengingat(Retention)
Ialah melakukan pengamatan kemudian menyimpannya dalam memory dalam bentuk ingatan. Bandura berpendapat bahwa proses retensional disimpan melelui dua cara, yaitu secara imajinal (imajinatif) dan secara verbal. Simbol-simbol yang disimpan secara imajinatif adalah gambaran tentang hal-hal yang dialami model, yang dapat diambil dan dilaksanakan l;ama sesudah belajar observasional terjadi. Sedangkan secara verbal dsapat dilakukan dengan kode-kode misalnya detail rute perjalanan seorang model dapat disimpan dan diingat untuk dipakai lagi nanti secara akurat dengan mengubah informasi visual ke kode verbal yang mendeskripsikan deraetan kapan mesti belok kiri (L) dan atau kanan (R) (misalnya rute perjalanan kita dapat kita ingat dengan RLRLLR).
Setelah informasi disimpan secara kognitif, ia dapat diambil kembali, diulang, dan di perkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi.
3. Reproduksi gerak (Reproduction)
Ialah melakukan suatu pengamatan kemudian memperaktekannya dengan cara modivikasi tindakan. Contohnya seseorang mungkin sudah belajar, lewat pengamatan atas monyaet, cara melompat, cara melompat bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya dengan menggunakan ekor, namun ia jelas tidak akan meniru perilaku si monyet itu karena orang tidak mempunyai ekor. Dengan kata lain, seseorang mungkin mempelajari sesuatu secara kognitif namun dia tak mampu menerjemahkan informasi itu ke dalam prilaku karena ada keterbatasannya
4. Motivasi
Ialah unsur yang paling penting dari ketiga unsur, karena ia adalah penggerak unsur untuk melakukan sesuatu. Dalam proses motivasi ini, Informasi tentang penguatan atau konsekuensi yang didapatkan model dalam proses modeling juga dapat menjadi alasan bagi pengamat dalam proses observasi untuk memberikan respon terhadap hasil pengamatan.
4.2. Kelebihan dan kelemahan teori
1. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi-interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya condisioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.
Ada beberapa manfaat dari modeling atau belajar observasional. Contohnya yaitu:
a) Mereduksi atau mengeliminasi hambatan.
Belajar observasi melalui model ini, bisa menghilangkan hambatan yang dialami oleh seseorang. Misalnya, seseorang sangat takut akan ular. Dengan proses pengamatan terhadap model yang dengan mudah memegang dan menyentuh ular. Si pengamat akan berpendapat bahwa ular bukan merupakan hewan yang terlalu menakutkan, dan hasil yang didapatkan bahwa si pengamat mulai belajar untuk tidak takut terhadap ular.
b) Mengajarkan keahlian baru.
Dengan mengamati model, si pengamat dapat memperoleh kehalian baru, dengan cukup mengamati.
c) Menghambat respons.
Melihat model mendapatkan ganjaran hukuman atas perbuatan yang dilakukannya, dapat membuat respons si pengamat terhadap situasi yang sama menjadi terhambat
d) Memfasilitasi respons.
Memfasilitasi disini berupa dengan proses pengamatan yang dilakukan dapat meningkatnya kemungkinan si pengamat untuk melakukan respon yang sama.
e) Mengajarkan kreatifitas
Mengajarkan kreatifitas ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan kepada pengamat beberapa model yang menyebabkan pengamatan mengadopsi kombinasi berbagai karakteristik atau gaya.
f) Mengajarkan kaidah dan aturan umum.
Penggunaan modeling, tidak selalu memicu imitasi dari pengamat. Pengamat bisa mempelajari apa kaidah atau prinsip yang dicontohkan dalam berbagai pengalaman modeling, kemudian prinsip dan kaidah yang telah dipahami bisa dipaki secara efektif untuk memecahkan problem yang berbeda dari situasi sebelumnya.. dalam prosesnya, pengamat harus mengamati berbagai macam situasi yang memilki kaidah atau prinsip yang sama, mengambil inti sari kaidah atau prinsip dari berbagai penglaman berbeda, lalu menggunakan kaidah atau prinsip itu dalam situasi yang baru dan berbeda.
2. Kelemahan teori Albert Bandura
Teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan(modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
4.3. Pengaruh Teori Dalam Karier Seseorang
Teori belajar sosial mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi karier seseorang apabila individu yang bersangkutan tidak mampu menyelaraskan antara kelemahan dan kelebihan, karena manusia selalu bertemu dengan berbagai pengalaman, maka bisa dikatakan bahwa kebanyakan prinsip dan aturan yang mengatur prilaku manusia berasal dari sesuatu yang mirip dengan tiruan. Begitu juga dengan belajar observasional adalah penting untuk perkembangan dan pengamatan. Karena kesalahan dalam bekerja dapat menimbulkan konsekuensi yang merupakan salah bahkan fatal, proses survival akan suram jika seseorang hanya bisa belajar melalui faktor lingkungan saja dan konsekuensinya tak jarang membahayakan bagi masa depan orang yang mengalaminya. Jadi semakin besar kemungkinan kesalahan dan bahaya dalam bekerja, semakin besar pula kebutuhan untuk menggunakan cara belajar observasional bagi pribadi individu.
Selanjutnya, Bandura menjelaskan bahwa dengan mempelajari teori ini maka kemampuan manusia akan lebih tampak jika digunakan dengan sebaik mungkin, seperti bisa mendeskripsikan kejadian, menganalisis pengalaman, berkomunikasi dengan orang lain yang dipisahkan oleh jarak dan waktu, merencanakan sesuatu dengan matang, menciptakan suatu perubahan, membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dan melakukan tindakan yang penuh pertimbangan. Jadi setiap pengaruh yang dirasakan oleh individu mempunyai efek yang berbeda karena pada akhirnya semua itu kembali lagi kepada individu tersebut.
4.4. Pendapat Bandura tentang pendidikan
Teori Bandura mengandung banyak implikasi bagi pendidikan. Bandura percaya bahwa segala sesuatu dapat dipelajari melalui pengalaman langsung maupun observasi, selanjutnya Bandura percaya bahwa peniruan akan amat efektif jika dilihat sebagai kehormatan, kompetensi atau kekuasaan. Jadi pencapaian tujuan personal dalam pendidikan juga bisa menguatkan, dan karenanya guru sebaiknya membantu siswa merumuskan tujuan yang tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah dicapai. Guru harus mempertimbangkan kemampuan verbal siswa saat akan merencanakan modeling. Bahkan jika sesuatu itu disimpan, siswa mungkin tidak punya keterampilan motor yang dibutuhkan untuk mereproduksikan keterampilan yang telah dipelajari tersebut. Jadi guru harus mengetahui proses pembentukan prilaku siswa. Terakhir, bahkan jika siswa memerhatikan, menyimpan, dan mampu melakukan prilaku yang dipelajari lewat obsevasi itu, siswa harus punya insentif (dorongan) umtuk melakukannya. Jadi, guru harus mengetahui proses motivasional. Pada poin ini penguatan ekstrinsik mungkin ada gunanya. Misalnya siswa mau menunjukan apa yang telah mereka pelajari jika mereka diberi nilai, tanda jasa, pujian atau penghargaan oleh guru. Tetapi, perhatian bahwa penguatan ekstrinsik dipakai untuk memengaruhi kinerja, bukan untuk memengaruhi belajar.
Kita telah melihat bahwa belajar observasional memiliki banyak implikasi eukasional, tetapi untuk menggunakan secara efektif dikelas, guru perlu mempertimbangkan proses etensional, retensional, motor dan motivasional dari siswa. Dengan mengingat ini, film ,tv, ceramah,tape, demontrasi, dan display dapat dipakai sebagai model yang efektif untuk tujuan pendidikan.
4.5 Evaluasi Teori Bandura
Karya Albert Bandura berpengaruh luas diantara teoretisi belajar, psikologi sosial, dan psikologi kognitif. Ketika kontribusi Bandura diperlihatkan kepada pembaca kontemporer mereka sering menganggap teorinya sebagai observasi umum yang pernah kita buat di masa lalu. Tetapi kita harus ingat bahwa dasar dari teori Bandura dikembangkan pada saat ketika hampir semua teoretisi belajar menyatakan bahwa belajar didasarkan pada pengalaman langsung dengan lingkungan.. Bandura memperlihatkan bahwa kita belajar dengan mengamati orang lain dan bahwa belajar ini terjadi dengan atau tanpa imitasi dan tanpa penguatan.
Salah satu konsep utama Bandura dalam teori ini ialah determinisme respirokal, yang menyatakan bahwa ada interaksi konstan antara lingkungan, perilaku, dan orang. Menurutnya, bisa dikatakan bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan kemudian lingkungan mempengaruhi perilaku. Selain itu, orang mempengaruhi perilaku dan lingkungan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan tema yang disampaikan ada kesimpulan menarik yang dapat di ambil sebagai suatu kejelasan yang mudah dicerna dalam memahami teori belajar sosial dari Bandura.
Beberapa kesimpulan itu ialah :
v Teori Belajar Sosial yang dikeluarkan oleh Bandura merupakan teori yang bersifat determinisme respirokal yaitu dalam proses belajar ada interaksi yang konstan antara lingkungan, perilaku dan orang.
v Teori belajar sosial merupakan penyempurnaan daripada teori-teori sebelumnya (Donald E. Super, Trait-Factor, John Holland).
v Cara kerja teori belajar sosial ialah bertitik tolak pada conditioning (pembiasaan merespons), dan modeling (peniruan/imitation).
v Tingkah laku yang diperlihatkan oleh manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
v Tahap-tahap belajar meliputi : perhatian, penyimpanan dalam ingatan, reproduksi, dan motivasi yang kemudian menghasilkan kinerja tertentu.
5.2. Saran
Saran dari seorang ahli bernama Philips dan orton (1983) terhadap teori bandura akan disebutkan dalam bentuk point-point, yaitu :
v Bandura menggunakan pendekatan determinisme respirokal sehingga menolak kausal standar yakni jika perilaku menyebabkan perubahan pada orang, sementara orang itu menyebabkan perubahan pada perilaku, sementara lingkungan menyebabkan perubahan dalam perilaku dan orang, dan seterusnya, maka tugas menemukan apa penyebab sesungguhnya menjadi mustahil.
v Dalam teori ini terlalu banyak hal yang baik, namun jangan mengabaikan teori-teori sebelumnya karena akan mempersempit ruang gerak perkembangan belajar. Tapi teori seperti ini apakah bertahan atau tidak, belum bisa dipastikan jawabannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hergenhahn dan Matthew. (2008). Theories Of Learning, Edisi Ketujuh. Jakarta: Prenada Media Group.
Kelompok satu. (2011). Makalah Teori Donald E. Super. Universitas Syiah Kuala. Bimbingan dan Konseling.
Kelompok dua. (2011). Makalah Teori Trait-Factor. Universitas Syiah Kuala. Bimbingan dan Konseling.
Kelompok tiga. (2011). Makalah Teori Kepribadian Jhon Holland. Universitas Syiah Kuala. Bimbingan dan Konseling.
Syah, Muhibbin. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafimdo Persada.
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: Andi Offset.
www.Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar